Jelang Puncak Musim Kemarau 2024 Masyarakat Peduli Api (MPA) Bersama Tim Gabungan Polhut dan Manggala Agni Melakukan Giat Patroli Gahkarhutla di Taman Nasional Gunung Ciremai.
Balai Pengendalian Perubahan Iklim Wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Balai PPIJBN) bersama Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (Balai TNGC) berkolaborasi dalam upaya antisipasi karhutla menjelang puncak musim kemarau. Berdasarkan prediksi BMKG, musim kemarau di Provinsi Jawa Barat akan terjadi pada Bulan Agustus. Tindak lanjut atas prediksi tersebut adalah dengan melakukan Patroli Pencegahan Karhutla Bersama Masyarakat Peduli Api (MPA) dan Manggala Agni dari Seksi Wilayah I Balai Pengendalian Perubahan Iklim Wilayah Jawa Bali Nusa Tenggara (BPPI JabalNusa). Kegiatan tersebut dilakukan selama lima hari, yaitu sejak tanggal 15 hingga 19 Juli 2024. Kolaborasi kegiatan dilakukan untuk identifikasi awal tingkat kerawanan di wilayah Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka khususnya desa rawan yang berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai.
Kegiatan patroli pencegahan dilakukan dengan menggunakan sistem aplikasi pemantauan SIPP (Sistem Informasi Patroli Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan) yang dikembangkan oleh Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan lahan. Sebagai optimalisasi penggunaan aplikasi, dilakukan diskusi pembekalan kepada tim patroli yang dipandu oleh Hendra Hasan selaku analis lingkungan hidup BPPI JabalNusa melalui pertemuan virtual. Penggunaan aplikasi juga disambut baik oleh seluruh tim patroli mengingat fitur yang dapat mempermudah identifikasi kerawanan lokasi dan tersusun menjadi sebuah laporan harian
Patroli pencegahan karhutla dilakukan secara serentak oleh lima regu yang terdiri dari gabungan Polisi Kehutanan (Polhut), Manggala Agni dan MPA yang dipimpin oleh Hamdan, SH. sebagai koordinator patroli. Setiap regu melakukan patroli di satu desa sehingga terdapat lima desa rawan yang menjadi sasaran kegiatan, diantaranya Desa Singkup, Desa Pasawahan, dan Desa Padabeunghar yang terletak di Kabupaten Kuningan. Sementara dua desa lainnya, yaitu Desa Payung dan Desa Bantaragung terletak di Kabupaten Majalengka. Kedua kabupaten tersebut menjadi perhatian untuk antisipasi karhutla tahun ini dikarenakan menjadi penyumbang kebakaran yang cukup luas di Provinsi Jawa Barat pada tahun lalu berdasarkan data Sipongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Walaupun kejadian karhutla sebagian besar berada di luar kawasan Balai TNGC, namun sebagai kawasan konservasi yang memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) dan potensi karbon yang tinggi perlu menjadi prioritas dalam upaya pencegahan karhutla.
Kegiatan inti yang dilakukan sebagai antisipasi puncak musim kemarau, yaitu melakukan identifikasi kerawanan di lapangan dengan melakukan uji serasah untuk melihat tingkat kekeringan bahan bakar, melakukan identifikasi terhadap aktivitas warga atau masyarakat yang dapat menjadi salah satu faktor berpotensi menimbulkan karhutla, melakukan penyadartahuan dengan sosialisasi serta anjangsana kepada warga di desa rawan untuk berhati-hati dalam melakukan aktivitas yang dapat menimbulkan titik api. Adapun kegiatan lainnya yang dilakukan adalah melakukan pemetaan terhadap potensi komoditi di desa-desa tersebut. Hal ini dilakukan untuk pencatatan peluang inovasi pencegahan karhutla yang dapat dikembangkan sebagai upaya dalam mencari solusi permanen sebagaimana arahan Presiden RI dalam melakukan pengendalian karhutla.
Kehumasan BPPI Wilayah Jawa Bali Nusa Tenggara
Hari Sudrajat
Farhan Fauzan