BANGKOK (Setditjen PPI), Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengikuti kegiatan Debriefing of the COP 28 UNFCCC and Its Outcomes (21/02) yang diikuti perwakilan dari negara negara di ASEAN, ASEAN Sekretariat, dan beberapa badan sektor ASEAN yang mewakili isu Pendanaan, Pertanian, Kehutanan, dan Energi. Kgiatan ini merupakan hasil kerjasama antara ASEAN Sekretariat dan Program ASEAN German Action for Climate Change.

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan analisis mendalam mengenai keputusan-keputusan penting, perjanjian-perjanjian, dan hasil-hasil dari COP 28 UNFCCC, termasuk kemajuan dalam komitmen iklim yang ada dan setiap inisiatif baru yang diperkenalkan, serta mengidentifikasi prioritas ASEAN dengan mempertimbangkan kepentingan dan strategi regional menyusul beberapa hasil dan komitmen yang dibuat dalam forum iklim internasional.

Sebagai Delegasi Indonesia yang hadir dalam kegiatan ini adalah Wisnu Murti (Direktorat MS2R/Sekretariat AWGCC Indonesia), Gatot Setiawan (Direktorat MPI), dan Dirra Kurniawati (Direktorat IGRK dan MPV). Pada kesempatan ini Indonesia menyampaikan prioritasnya terkait hasil COP 28 UNFCCC, kebutuhan peningkatan kapasitas di ASEAN, dan pandangan terhadap agenda yang dapat dilakukan bersama ASEAN.

Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim ke-28 (COP 28 UNFCCC) menandai tonggak penting dalam upaya global untuk mengatasi perubahan iklim. Berdasarkan momentum yang dihasilkan pada sesi sebelumnya, COP 28 UNFCCC telah secara signifikan menyampaikan Konsensus UEA yang menandai pencapaian bersejarah yang mencerminkan urgensi dan ambisi komunitas global untuk mengatasi darurat iklim dan membangun masa depan yang lebih berketahanan dan sejahtera bagi semua orang.

Konsensus UAE sebagai salah satu hasil utama COP 28 UNFCCC menandakan dimulainya berakhirnya era bahan bakar fosil dengan meletakkan dasar bagi transisi yang cepat, adil dan merata, yang didukung oleh pengurangan emisi yang besar dan peningkatan pendanaan.

Konsensus tersebut juga mencakup keputusan mengenai the first global stocktake, yang merupakan proses untuk menilai kemajuan kolektif menuju tujuan Perjanjian Paris dan untuk meningkatkan ambisi dan tindakan yang sesuai. Konsensus juga mencakup the UAE Just Transition Work Programme, yang bertujuan untuk mendukung negara dan komunitas dalam transisi menuju pembangunan rendah karbon dan berketahanan, sekaligus memastikan keadilan sosial, pekerjaan yang layak, hak asasi manusia, dan kesetaraan gender.

Selain itu, Konsensus UAE juga menyoroti pembentukan the Loss and Damage Finance Facility, yang akan menyediakan dana untuk membantu negara-negara dan masyarakat yang rentan mengatasi dampak perubahan iklim yang bersifat langsung dan tidak dapat diubah, seperti peristiwa cuaca ekstrem, kenaikan permukaan laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Selanjutnya Konsensus juga menetapkan peluncuran the Sharm el-Sheikh Mitigation Ambition and Implementation Work Programme, yang akan mendukung negara-negara dalam meningkatkan aksi mitigasi dan mencapai NDC, serta dalam mempersiapkan siklus NDC kedua. Isu lainnya terkait the adoption of the Glasgow-Sharm el-Sheikh Work Programme on the Global Goal on Adaptation, yang akan mengoperasionalkan tujuan global untuk meningkatkan kapasitas adaptasi, memperkuat ketahanan, dan mengurangi kerentanan terhadap perubahan iklim.

Hasil COP 28 UNFCCC akan memberikan dampak signifikan bagi ASEAN dan negara-negara anggotanya dalam mendorong narasi penanggulangan perubahan iklim di kawasan. Beberapa catatan hasil COP 28 UNFCCC akan menjadi masukan bagi ASEAN untuk menyusun agenda perubahan iklim di tingkat kawasan yang rencananya akan dibahas lebih lanjut dalam Pertemuan ASEAN Working Group on Climate Change ke-15 yang akan dilaksanakan pada Mei 2024 di Indonesia.