DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM
DITJEN PPI KUATKAN ARSITEKTUR REDD+ DI KALSEL
KALIMANTAN SELATAN, (MPI)- Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim selenggarakan Workshop Penguatan Arsitektur REDD+ untuk mendukung STRANAS REDD+ 2021-2030 di Provinsi Kalimantan Selatan telah berhasil digelar pada tanggal 20-21 Maret 2024. Acara ini dihadiri oleh 70 orang peserta (yang terdiri dari 48 orang laki-laki dan 23 orang perempuan) yang dihadiri oleh pemangku kepentingan terkait REDD+ dari berbagai tingkatan, termasuk perwakilan pemerintah pusat (UPT KLHK) dan pemerintah daerah, organisasi non-pemerintah, komunitas adat, serta akademisi dan praktisi yang terlibat dalam upaya pelestarian hutan dan pengurangan emisi gas rumah kaca.[1]
Salah satu aspek yang menarik dari workshop ini adalah dilakukannya survei di akhir acara. Survei ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana peserta telah memahami materi yang disampaikan dan kesiapan dalam mengimplementasikan REDD+. Hasil survei menunjukkan bahwa informasi terkait Safeguards-SIS REDD+, Skema Pendanaan REDD+, dan Mekanisme Akses Dana RBP REDD+ GCF Output 2 merupakan hal baru bagi peserta. Namun demikian, mereka menyatakan bahwa informasi tersebut sangat bermanfaat dan relevan dengan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing.
Peserta juga memberikan respon yang sangat positif dengan menyampaian saran dan rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas kegiatan serupa di masa mendatang, serta mereka bersedia menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam pekerjaan mereka sehari-hari. Beberapa di antaranya bahkan mengusulkan untuk segera ditindaklanjuti dengan mengadakan kegiatan coaching clinic agar peserta dapat lebih mendalami materi yang telah disampaikan.
Keberhasilan workshop ini tercermin dari tingginya partisipasi perempuan, baik sebagai peserta maupun narasumber. Hal ini menunjukkan bahwa pengarusutamaan gender telah berjalan dengan baik, sesuai dengan komitmen untuk mendorong kesetaraan gender dalam konteks pelestarian hutan dan pengurangan emisi gas rumah kaca.[2] Beberapa tanggapan yang mengemuka dari peserta workshop terkait dengan gender diantaranya adalah kemampuan perempuan yang bisa diandalkan untuk merencanakan dan mengkoordinasikan inisiatif kegiatan di dalam perubahan iklim, pelibatan pemuda juga perlu diberikan wawasan tentang REDD+, memberikan kesempatan yang sama untuk semua pihak (termasuk gender) agar dapat terlibat dan berperan aktif.
Selain itu workshop ini telah berhasil meningkatkan pemahaman dan komitmen terhadap implementasi REDD+ di Provinsi Kalimantan Selatan. Beberapa peserta juga berharap keberhasilan ini dapat menjadi tonggak untuk menyelenggarakan kegiatan serupa di masa depan, sehingga dapat terus mendorong kolaborasi dan partisipasi yang lebih luas dalam upaya pelestarian hutan dan pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia.
Kegiatan workhshop ini terselenggara atas kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BPDLH, UNDP serta Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, dengan dukungan pendanaan dari Green Climate Fund (GCF) melalui kegiatan RBP REDD+ GCF untuk pencapaian Output 1.
==================================================================================================================
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Technical Officer untuk Penguatan Arsitektur REDD+: Nugroho Adi Utomo (nugrohoadiutomo@gmail.com)
UNDP monitoring evaluasi Climate Governance: Dzul Afifah Arifin (Dzul.arifin@undp.org)
Please add the # number of participants, gender disaggregated that Nug provided below.
Very good to see this. Can we add some info on what feedback/questions they raised, if any?