DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM
THE 4th ASEAN CLIMATE CHANGE PARTNERSHIP CONFERENCE (ACCPC)
BALI (DIT MS2R) – Indonesia menjadi tuan rumah dari the 4th ASEAN Climate Change Partnership Conference (ACCPC). Mengusung tema “Building Bridges post-GST in ASEAN: Between Nature and Climate Ambitions”, ACCPC pada tahun ini bertujuan untuk menjadi platform yang efektif untuk mengeksplorasi pandangan bersama para pemangku kepentingan di ASEAN dan mengkoordinasikan langkah ke depan bagi ASEAN menuju target NDC yang lebih ambisius pada tahun 2025.
Dalam sambutan pembukanya yang disampaikan secara virtual, Direktur Jendral Pengendalian Perubahan Iklim, Ir. Laksmi Dhewanthi, menyampaikan pentingnya ACCPC sebagai platform keterlibatan para pemangku kepentingan antara Negara-negara Anggota ASEAN, mitra pembangunan, serta Badan dan Pusat Sektoral ASEAN untuk mengeksplorasi potensi kolaborasi dan meningkatkan kerja sama di kawasan Asia Tenggara pasca hasil Global Stocktake (GST) pertama. Lebih lanjut, beliau menekankan bahwa yang penting bukanlah hasil dari GST pertama tersebut, melainkan upaya kolektif negara-negara di dunia untuk memperkuat respons global terhadap ancaman perubahan iklim.
Senada dengan hal tersebut, dalam sambutan pembukaannya yang disampaikan oleh Director of Sustainable Development ASEAN Secretariat, Ky Anh Nguyen, menekankan bahwa aksi iklim yang holistik tentu memerlukan aksi dan dukungan yang terkoordinasi dan terintegrasi dari semua pihak. “COP 29 terutama akan fokus pada penyelesaian kerangka transparansi pertama yang ditingkatkan, dan isu-isu penting lainnya. Sehubungan dengan hal ini, ASEAN berkomitmen untuk berkontribusi dalam diskusi iklim global dan memberikan informasi terkini serta kemungkinan kerja sama dari perspektif regional ASEAN. Melalui konferensi ini, saya percaya bahwa kita dapat memiliki perspektif yang lebih luas mengenai apa yang sedang diterapkan dan apa yang dapat dilakukan dengan lebih baik dengan dukungan mitra dalam mengatasi tantangan iklim”, lanjut Ky Anh.
GST pertama menggarisbawahi bahwa meskipun ada kemajuan secara keseluruhan dalam aksi iklim, negara-negara belum berada pada jalur yang tepat untuk mencapai tujuan Perjanjian Paris dan tujuan jangka panjangnya. Namun, GST pertama juga menggarisbawahi pentingnya peran multilateralisme berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip PBB serta pentingnya kerja sama internasional untuk mengatasi permasalahan global. Oleh karena itu, menjadi penting bagi ASEAN untuk menafsirkan dan melokalisasi hasil-hasil ini dalam konteks ASEAN untuk membuka potensi dan mendorong aksi dan kontribusi iklim di kawasan Asia Tenggara.
Dalam prinsip tersebut, konferensi ini berfungsi sebagai platform bagi ASEAN Working Group on Climate Change (AWGCC) untuk bertukar pikiran serta berkolaborasi bersama badan-badan, entitas sektoral ASEAN dan mitra pembangunan relevan lainnya. Topik yang menjadi bahan diskusi merupakan topik yang relevan bagi Negara Anggota ASEAN untuk bergerak maju pasca hasil GST pertama di COP 28, seperti loss and damage, climate finance, dan menelusuri kemajuan Nationally Determined Contribution (NDC).
Acara tahun ini merupakan penyelenggaraan ke-4 ACCPC, sekaligus menjadi bagian dari Pertemuan ke-15 AWGCC dan Pertemuan Terkait. Acara ini diselenggarakan oleh Indonesia, berkoordinasi dengan Sekretariat ASEAN, dengan dukungan Pemerintah Federal Jerman melalui Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH pada proyek ASEAN-German Climate Action Programme (CAP).
.
-oOo-
Konferensi Kemitraan Perubahan Iklim ASEAN (ACCPC) adalah forum yang berfungsi untuk memfasilitasi diskusi dan kolaborasi lintas sektoral yang melibatkan berbagai badan sektoral di bawah ASEAN, mitra pembangunan, dan pemangku kepentingan eksternal yang berkepentingan untuk mengeksplorasi potensi kerja sama dalam meningkatkan kerja ASEAN dalam mengatasi perubahan iklim dan visibilitasnya di forum iklim internasional